Di tahun 2017, Survei Sosial Ekonomi (Susenas) menyatakan 66,8 persen masyarakat Indonesia masih membakar sampah rumah tangga tanpa dipilah, termasuk membakar sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) bersama sampah lainnya.
Sementara itu di tahun 2021, World Population Review mengungkapkan Indonesia merupakan negara kelima yang paling besar menyumbangkan limbah plastik ke lautan.
Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran mengenai pengelolaan sampah dan bahayanya dalam pencemaran lingkungan masih minim di kalangan masyarakat.
Angeline Callista, Managing Director & Co-founder Nara Synergy, perusahaan sosial di lingkungan mengatakan bahwa memilah sampah berdasarkan kategori bahan bakunya merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan pengolahan sampah di tahap selanjutnya.
"Saat ini 80 persen aksi pemilahan sampah dilakukan oleh ekonomi informal, termasuk pemulung yang diberi kompensasi rendah dan bekerja dalam kondisi buruk. Padahal, apabila pemilahan sampah dilakukan dari tingkat rumah tangga, sampah yang menumpuk di TPA dan yang tersebar di lautan dapat berkurang, sehingga secara otomatis akan mendukung program pengelolaan sampah lanjutan, seperti Bank Sampah, sistem daur ulang plastik, kertas, hingga bahan organik," katanya.
(Tribunnews.com/Olan Rose)