Mahasiswa Didorong Berwirausaha, Teten Masduki: Tak Perlu Cari Kerja Tapi Buka Lapangan Kerja
Negara disebut sebagai negara maju bila memiliki rasio kewirausahaan minimal empat persen, tetapi Indonesia baru mencapai 3,47 persen.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Ada mahasiswa bernama Fela yang memiliki usaha konveksi beromzet Rp10 juta perbulan.
"Pada 2018, saya melakukan riset kebutuhan mahasiswa terlebih dahulu sebelum berbisnis konveksi. Hasilnya, mereka butuh pakaian seperti jaket, kaos, dan sebagainya. Kebetulan belum ada yang bisnis itu, maka saya buka usaha konveksi dengan pangsa pasar teman-teman sendiri," kata Fela.
Baca juga: Jumlah Pengusaha di Indonesia Masih Rendah, Kemendikbudristek Ajak Insan Vokasi Berwirausaha
Usaha konveksi Fela sudah merambah ke instansi-instansi pemerintahan di Sukoharjo, Klaten, dan Solo.
Selanjutnya, Ia ingin teman-temannya menjadi reseller produk usahanya.
Tak hanya Fela, ada ada mahasiswa lain yang berbisnis busana Muslim seperti jilbab, dress, dan lain-lain. Omzetnya sudah mencapai Rp 50 juta sebulan.
Lalu ada Husen, mahasiswa sekligus agen belut. Ia berusaha memenuhi kebutuhan industri olahan berbahan baku belut. Misalnya, bahan untuk sambal belut khas Klaten.
"Omzet saya berkisar Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per bulan," katanya.
Mahasiswa lainnya ada yang berbisnis kue pancong di lokasi strategis depan Kampus UIN. Omzetnya sebesar Rp 45 juta sebulan.
"Promosi dari mulut ke mulut ditambah aktif berorganisasi," kata dia.