Ganjar Pranowo: Saya Tidak Stres, Pilpres Sudah Selesai Maka Kembalilah pada Habitatnya
Ganjar mengaku telah berkomunikasi dengan para relawan pendukungnya untuk tetap menjaga silahturahmi dan kembali berkegiatan di masyarakat.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Oke, Pak Ganjar, jadi kesimpulannya Pak Ganjar nanti akan berkhidmat juga di Partai PDIPerjuangan ya Pak, jadi lebih banyak melakukan aktivitas politik di partai gitu Pak?
Saya kader partai, jadi dari dulu saya beraktivitas, bahkan saya ketika tidak dalam struktural partai pun saya beraktivitas. Maka pada saat tugas saya ada di DPR, di jabatan publik saya beraktivitas, sebelum di DPR saya di Badiklat, penanggulangan bencana, autonomi daerah, karena di PDI Perjuangan sebenarnya kegiatannya cukup banyak sekali di berbagai sektor dan itu membutuhkan dukungan dari para kadernya. Sebagai kader partai, tentu sebagai orang yang pernah di pemerintahan waktu di DPR maupun di gubernur gitu, banyak kegiatan-kegiatan yang sudah bekerja sama dengan masyarakat.
Hari ini saya di Jogja berkomunikasi dengan kawan-kawan UMKM. Pak Ganjar kemarin nggak bisa datang ya, sorry saya masih di Jakarta kemarin, Pak boleh nggak kami sekarang bertemu? Oke, saya mau wawancara sama tribun, tapi kalau Anda mau datang silahkan boleh. Rencana saya kalau mau saya ajak nonton aja, biar ngerti komunikasinya dengan tribun gitu.
Pak Ganjar, Bapak mengikuti seluruh proses kontestasi ini panjang. Mulai ketika Pak Ganjar, petanggal 21 April 2023, ditetapkan oleh PDI Perjuangan sebagai Capres. Pak, saya ingin tahu dari seluruh rangkaan ini, apa hikmah yang Bapak bisa ambil?
Banyak sekali ya, saya merasakan, saya melihat, saya mendengar, sehingga saya menjadi saksi. Bagi witness gitu ya. Bagaimana bisa berjalan ke seluruh Indonesia, bagaimana kami bisa berkomunikasi dengan rakyat, bagaimana kami berkomunikasi dengan dunia internasional, dan betapa memang tidak mudahnya mengurus republik ini.
Sulit sekali ternyata. Karena variannya cukup banyak, keinginan masyarakat cukup banyak. Maka, sebenarnya, banyak ulama menyampaikan kepada saya, kalaulah kemudian amanah diberikan kepada seseorang, mungkin bukan Alhamdulillah, tapi inna lillahi wa inna ilayhi roji'un, gitu ya.
Sehingga dikembalikan kepada yang kuasa. Betapa besarnya Indonesia dengan tantangan lingkungan eksternal yang perubahannya sangat turbulens, gitu ya. Disrupsi terjadi di mana-mana, ini butuh ketenangan, butuh kecerdasan, butuh leadership yang strong, gitu ya.
Terus kemudian, butuh mengakomodasi. Meskipun kami tahu, mengakomodasi seluruh kepentingan itu bukan sesuatu yang mudah. Tapi setidaknya, angkanya mungkin tidak 100, tapi ya janganlah angkanya 50, atau 60.
Setidaknya mendekati sempurna lah. Achievement-nya mesti sampai di angka setidaknya 80. Sehingga kita bisa bernegosiasi untuk itu.
Jadi, banyak sekali, Mas Febby, Pengalamannya. Mulai saya di Papua, ada seorang pendeta, mesti membantu melahirkan.
Oh iya ya, ini akses kesehatan. Kami bertemu orang, tidak bisa bersekolah. Maka kemudian ya, IPM kita harus digenjot lagi.
Rata-rata sekolah kita masih sekitar 7 tahun, sekian. Berarti SMP kan ya. Maka kemudian, kita butuh menggenjot soal pendidikan, isu lingkungan, isu penyandaan disabilitas, perempuan, anak, saya kira banyak.
Saya paham itu tidak mudah. Mudah-mudahan pemerintahan yang nanti juga akan merespon ini dengan sangat bijak begitu ya. Dan itu, saya yakin tidak mudah.
Maka butuh check and balance, butuh dukungan dari seluruh warga agar kita bisa bersatu untuk memenangkan atau menyelesaikan persoalan ini.