Pedihnya Jadi Manusia Silver; Sekujur Tubuh Perih Berlumur Cat, Diuber-uber Satpol PP Pula
Nur dan Erna terpaksa melakoni hidup jadi manusia silver demi bertahan hidup. Segala usaha dan kerja sudah dicoba, tapi selalu gagal.
Editor: cecep burdansyah
”Kalau anak-anak manggil Ver saja sih,” katanya kepada Warta Kota, Selasa (26/10).
Pria tersebut mengaku telah melakoni profesi sebagai manusia silver sejak setahun lebih lamanya. ”Setahun lebih saya jadi manusia silver,” katanya.
Pria yang berlogat kental khas Sumatera Utara itu mengaku bukan kemauan dirinya untuk menjadi patung dengan cat silver yang menyelimuti tubuhnya guna mendapat belas kasihan dari orang lain.
Menurutnya, menjadi manusia silver merupakan pilihan dengan penuh keterpaksaan setelah usaha makanan ringannya gulung tikar akibat pandemi Covid-19.
”Sebelumnya berdagang snack dan kue-kue basah, kue subuh, ambil dari Pasar Senen. Sejak seminggu Corona merebak di Indonesia, sejak penumpang angkutan dibatasi, kegiatan masyarakat dibatasi, ya sudah hancur usaha saya,” tuturnya.
Sejak saat itulah dirinya memilih menjadi manusia silver agar dapat menghidupi seorang istri dan dua anak yang masih berusia di bawah 10 tahun.
Langgar ketertiban
Namun keberadaan manusia silver di jalanan dinilai melanggar ketertiban umum. Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) pun terus berusaha menertibkannya.
Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Kota Tangsel, Wahyunoto Lukman mengatakan, pihaknya gencar melakukan razia pada sejumlah titik yang kerap dijadikan tempat mangkal manusia silver.
Razia digelar dengan berpedoman pada Peraturan Daerah (Perda) Kota Tangsel Nomor 9 Tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat.
”Kalau manusia silver yang masih atau sedang beroperasi meminta-minta atau mengemis di jalan, di tempat-tempat umum, itu ditertibkan oleh Satpol PP. Satpol PP bisa melakukan upaya penegakan hukum melalui peraturan daerah. Ada sanksi, ada denda,” katanya saat dikonfirmasi Warta Kota di Kota Tangsel, Kamis (28/10).
Wahyunoto tak menampik bahwa wilayah kerjanya kerap menjadi tempat manusia silver untuk beroperasi.
”Di perempatan-perempatan lampu merah. Di Gaplek, Bunderan Maruga, di Alam Sutera, Perempatan Gintung pokoknya daerah-daerah yang rawan pengemis,” ujarnya.
Menurut Wahyunoto, puluhan manusia silver telah terjaring razia yang dilangsungkan pihaknya bersama Satpol PP Kota Tangsel. Mirisnya, puluhan manusia silver tersebut merupakan orang yang sama saat kembali terjaring razia penertiban umum.
”Sampai yang terakhir itu sekitar 80 orang, tapi 80 orang itu mereka lagi, mereka lagi. Bukan orang yang berbeda,” ucapnya.
Senada dengan Kadinsos Kota Tangsel, Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan Kota Tangsel, Muksin Al Fachry, mengaku terus menggelar sejumlah razia penertiban umum yang rawan dijadikan lokasi mangkal para manusia silver.
”Waktu itu Gaplek, Cirendeu, Pamulang, Maruga, terus di Alam Sutera. Tapi semenjak kita razia beberapa kali, sekarang sudah kosong,” katanya.
Kendala pembinaan
Di Kota Bekasi, aparat juga melakukan razia. Puluhan manusia silver terjaring razia rutin yang dilaksanakan Satpol PP di Kota Bekasi. Mereka diamankan petugas sejak Januari hingga pertengahan Oktober 2021.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bekasi Abi Hurairah mengatakan, dalam kurun waktu 10 bulan yakni dari Januari hingga pertengahan Oktober 2021 ini sebanyak 70 orang manusia silver di wilayahnya berhasil dijaring melalui hasil razia. Jumlah tersebut masih akan terus berubah dan dinamis.
”Selama 10 bulan, kami amankan 70 manusia silver di beberapa tempat yang tersebar di 56 kelurahan,” ucap Abi Hurairah.
Namun, menurutnya, dari hasil patroli yang sudah dilakukan, Satpol PP hanya dapat melakukan penertiban saja. Sebab, untuk menaungi para PMKS ini ada dinas terkait yang lebih berkompeten di bidangnya.
”Kalau bicara masalah manusia silver, kami kan masih terkendala terkait dengan masalah pembinaan, karena tugas Satpol-PP ini kan adalah penertiban saja. Tetapi seyogyanya untuk pembinaan dan lainnya, ada dinas khusus yang turut berkompeten untuk menangani hal itu,” ucapnya. (dik/m23/m27)