Kalau soal mereka mau jadi apa pengarahannya sejauh ini bagaimana Bu?
Kita terakhir sih ke anak-anak yang penting kita bekali mereka dengan baik guru bisa menjaga diri, bisa dipercaya itu yang lebih utama. Kalau tentang profesi terserah mereka sih yang menentukan.
Pernah saya bilang ada dong anak Mama satu yang jadi dokter biar nanti mama kalau udah tua ada yang ngurusin. Enggak ada yang mau tapi Alhamdulillah mantunya dokter.
Kebiasaan Pak Anies apa yang bikin Ibu jengkel pernah tidak? Pernah enggak sih Bu?
Alhamdulillah saya syukuri apa yang kami dapat sekarang kalau yang sempat biar konsumsi pribadi saja.
Tadi Ibu bilang pengalaman Maryland bikin menguatkan. Bagaimana dengan keluarga-keluarga yang sekarang sedang menata gitu anak-anak muda pesan apa yang bisa Ibu sampaikan kepada mereka?
Seringkali kita memutuskan untuk menikah itu dengan dasar-dasar yang sesuatu yang enggak mendasar gitu. Karena ada rasa yang berbeda dengan orang ini ketika bertemu lihat begitu better tapi inti tentang pernikahannya sendiri tidak mereka perhatikan karena over shadow tertutup oleh bunga-bunga cinta lah apalah itu yang mereka pengen bareng.
Nah ketika kami membina keluarga memang Alhamdulillah saya dapat pasangan yang cukup dewasa artinya sudah cukup matang tahu apa yang dia mau.
Mungkin saya yang bagian bunga-bunga saja tapi Mas Anies itu ketika melamar saya itu dengan rencana, dengan harapan kita berdua bersama akan melakukan A, B, C, D. Kita punya nilai yang kita pegang bareng-bareng jadi kita sekolah juga bareng sampai kemudian nanti kita balik ke Jogja kita mengajar.
Ada tujuan gitu menikah itu berencana kita membangun keluarga apa sih yang ingin kita bangun, bukan kita pokoknya bareng dulu nanti kita pikirin enggak bisa kayak gitu. Jadi ada rencana ada tujuan dan kita punya nilai yang kita gambar situasi apapun nilainya yang kita pegang terpuruk apapun.
Bagaimana cara untuk menguatkan ketika ada godaan dalam hidup?
Ya itu pegang tujuan hidup kita contohnya waktu kami kembali dari Amerika bawa anak tiga. Kita sudah terbiasa dengan pola hidup disana. Yang kebagian tugas itu jelas.
Mas Anies cuci pakaian, saya ngurus rumah sama anak-anak. Ada hal-hal yang bisa dilakukan secara beriringan. Bisa dibagilah tugasnya. Kita pulang ke Indonesia waktu itu Mas Anies sudah dapat kerja di Wisma Nusantara.
Kemudian anak-anak sekolahnya di Cinere, dulu yang nganter anak-anak ke sekolah itu Mas Anies. Ke Cinere dulu baru ke kantor jadi memang ada pertimbangan-pertimbangan. Ketika kita tidak punya tujuan saat menikah akhirnya saling lempar kesalahan. (Tribun Network/Reynas Abdila)